Satuhati.co | Beijing – Pemerintah Republik Rakyat China (RRC) melalui Kementerian Luar Negeri membantah keras laporan lembaga Institut Kebijakan Strategis Australia (ASPI). Dalam laporan itu menyebut pihak otoritas China telah menghancurkan ribuan masjid di wilayah Xinjiang. China menyebut laporan itu sebagai ‘rumor penuh fitnah’.
Hasil laporan Institut Kebijakan Strategis Australia dirilis pada Kamis (24/9) waktu setempat menyebut bahwa sekitar 16 ribu masjid di Xinjiang telah dihancurkan atau dirusak sebagai dampak kebijakan pemerintah China, kebanyakan sejak tahun 2017.
Laporan ASPI itu hanya didasarkan pada pengamatan dari sejumlah citra satelit dan pada sampel dari 900 situs keagamaan sebelum tahun 2017, termasuk masjid, kuil dan situs sakral, dilansir Reuters, Sabtu (26/9/2020).
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengomentari laporan ASPI itu dalam konferensi pers pada Jumat (25/9) waktu setempat. Wang menyebut laporan itu ‘hanya rumor penuh fitnah’.
Disebutkan Wang Wenbin bahwa ASPI menerima dana asing untuk ‘mendukung ramuan kebohongan terhadap China’. Lebih lanjut, Wang mengulang kembali klaim sebelumnya soal adanya lebih dari 24 ribu masjid di wilayah Xinjiang.
“Jika kita melihat jumlahnya, ada lebih dari 24 ribu masjid di Xinjiang, yang merupakan 10 kali lipat lebih banyak daripada di Amerika Serikat,” klaim Wang dalam konferensi pers.
“Itu berarti ada satu masjid untuk setiap 530 warga muslim di Xinjiang, yang berarti lebih banyak masjid per kapita dibandingkan banyak negara Muslim,” imbuhnya.
Pihak RRC dikecam atas perlakuannya terhadap warga etnis minoritas Muslim Uighur dan dugaan kerja paksa di Xinjiang. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mengutip laporan kredibel menyebut 1 juta warga muslim ditahan di kamp-kamp untuk dipekerjakan.
Pihak RRC juga membantah telah menindas warga Uighur dan mengklaim kamp-kamp di Xinjiang sebagai pusat pelatihan kejuruan yang diperlukan untuk mengatasi ekstremisme. (Edi Sukarno/*)