Rafi Alfarezi atau lebih akrab disapa Rafi ini lahir di Kota Binjai pada tahun 2000 dan sekarang berusia 21 tahun. Usia yang cukup muda bagi seorang pengusaha.
Rafi Alfarezi, sudah terjun dalam dunia bisnis sejak ia duduk di bangku SMA dimulai dari berjualan kuota internet di Madrasah Tsanawiyah Binjai, hingga membuka ruang inkubasi bagi para pengusaha muda lewat Academy of Young Entrepreneur (Aye).
Tidak hanya berbisnis, Rafi juga aktif mengikuti ajang-ajang perlombaan seperti lomba pidato, ajang pemilihan duta, bahkan sempat melakukan pertukaran pelajar ke USA saat berada di bangku SMA.
Dengan banyaknya pencapaian Rafi saat ini, tidak disangka ternyata ia tidak gemar membaca. Baginya, membaca adalah kegiatan yang sedikit membosankan dan membaca bukanlah satusatunya cara, melainkan salah satu cara untuk mendapatkan ilmu.
Lebih jauh lagi, Rafi berpendapat bahwa membaca tidak mutlak memberi kita kepintaran. Semua itu tergantung dengan bagaimana output yang kita keluarkan dari input yang telah kita peroleh. Karena ilmu yang masuk lewat bacaan haruslah diimplementasikan.
Oleh karena itu, dalam kekurangannya yang tak suka membaca itu, Rafi memiliki opsi kedua atau jalan alternatif untuk tetap mengumpulkan pengetahuannya dengan cara mendengarkan cerita inspiratif dari orang-orang hebat, berdiskusi dengan para pakar, dan menonton konten-konten positif yang bermanfaat bagi dirinya, baik melalui media sosial maupun langsung terjadi di lingkungan sekitar.
Rafi mengakui bahwa sesungguhnya ketidakgemarannya dalam membaca bukanlah timbul karena sifat malas. Namun ketika membaca, ia harus mendapatkan konklusi yang diinginkan, maka dari itu ia lebih memilih untuk membaca bacaan yang singkat, padat, dan mengerucut pada topik tertentu. Misalnya jurnal ilmiah, artikel, dan pendapat-pendapat para ahli.
Saat bekerja, Rafi kerap melakukan diskusi mendalam dengan rekannya. Salah satu sosok inspiratif baginya adalah seorang Trainer Nasional, pengusaha, sekaligus rekan bisnis Rafi, yakni Jamil Azzaini.
Dari Jamil, Rafi belajar banyak hal, mulai dari manajemen bisnis hingga nilainilai moral dalam kehidupan. Tanpa menjadi seorang kutu buku, Rafi yakin ia akan dapat lebih efektif memahami informasi saat berdiskusi bersama orang-orang hebat di sekitarnya. Hal itu sudah diterapkan Rafi dalam atmosfer bisnisnya. (Penulis: Excellent Publisher/r)