Deli Serdang – Sebagai wujud implementasi Tridarma Perguruan Tinggi, Universitas Medan Area (UMA) terus berkomitmen memberdayakan masyarakat melalui program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para dosen dan civitas akademika.
Salah satu program yang sedang dijalankan adalah program diseminasi technology yang telah dijalankan Ir. Darianto. M.Sc dimana satu satunya program yg disetujui oleh Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Ristekdikti ) untuk pemberdayaan peternak lele di tengah pandemi Covid-19.
Sudah menjadi rahasia umum, dimana kendala utama dari para peternak ikan baik lele, gurami, nila serta lainnya, tak lain dan tak bukan adalah permasalahan harga pakan yang mahal.
Memang selama ini, para Peternak Lele selalu mengeluhkan harga pakan yang melambung tinggi. “Jangankan cerita untung, untuk balik modal aja sulit, “sebut Ir Darianto MSc.
Melihat kondisi itu, selaku praktisi dan Dosen Universitas Medan Area (UMA) Ir. H. Darianto MSc bersama timnya Ir. Gustami Harahap MP dan Abdul Karim SSi, MSi, berhasil membuat mesin produksi pakan pelet yang didanai pihak Kementerian Ristekdikti.
Demikian hal yang diungkapkan Ketua Kelompok Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UMA, Ir H.Darianto MSc didampingi Abdul Karim SSi, MSi, saat mengadakan acara Sosialisasi Diseminasi Teknologi Pemberdayaan Peternak Lele di Desa Bandar Labuhan Kab. Deliserdang, baru-baru ini.
Ir Darianto MSc, mengakui selama permasalahan para peternak ikan lele yang utama adalah pakan. Akhir- akhir ini, harga pakan naik menjadi 10.500 per kilo, itupun harus beli persak. Kalo eceran, pakan perkilonya bisa sampai Rp.12.500,-.
Selaku ahli teknik mesin, Ir Darianto MSc terpanggil untuk memanfaatkan ilmu dan keahlian ditambah dukungan rekan dosen dari Fakultas Pertanian Ir. Gustami Harahap MP dan Fakultas Biologi Abdul Karim SSi, MSi telah berhasil menciptakan pakan berupa pelet yang siap digunakan para peternak binaannya.
Menyinggung bahan utama, Ir Darianto mengungkap pihaknya dalam menjadikan pakan yang siap diaplikasi ke peternak lele terdiri dari tepung ikan, dedak, tepung jagung, tepung kedelai dan multi vitamin.
Setelah bahan itu tersedia maka seluruh bahan ditambahkan cairan enzim diaduk dengan mixer kemudian adonan pakan telah terbentuk menjadi pasta itu langsung dimasukan ke mesin pencetak hingga menjadi pelet, terang Darianto.Dalam sejam saja, pihaknya bisa memproduksi sebanyak 150 kg pakan dan harganya jauh murah dari pakan yang dijual, kualitas pakan yang diproduksi tak kalah dengan kualitas pabrikan pakan ternama, sebut Ir Darianto MSc.
Untuk sementara ini, pihaknya akan memproduksi pakan hanya kepada komunitas binaan LPPM UMA / binaan dirinya dan kalangan sendiri, sebutnya.
Saat ini, pihaknya berhasil membangun komunitas peternak lele sebanyak 100 KK yang di desa bandar Labuhan, desa Bangun Rejo, Desa Delitua dan Desa lainnya yang ada di Kab. Deli Serdang.
Sementara itu, Abdul Karim SSi, MSi menyebutkan hasil riset pakan yang dihasilkan dari mesin inovasi Tim yang diketuai Ir Darianto. Kandungan Protein didalam pelet itu 30-38%, asam amino, kadar lemak dan kadar abu. Jadi hasil dalam riset pakan ini, sangat cocok untuk pakan lele dan ikan nila.
“Semoga dengan adanya inovasi dan penerapan teknologi tepat guna dapat meningkatkan perekonomian kerakyatan yang mampu bersaing dan mandiri ditengah Pandemi wabah Covid-19, ” pungkasnya.
Saat sosialisasi, Lela Hasanah (33) peternak lele mengakui bahwa kendala utama selama ini adalah pakan. Nah, setelah mendengarkan Ir Darianto MSc beserta tim dosen lainnya sosialisasi desiminasi teknologi dengan meluncurkan inovasi teknologi dengan menghasilkan pakan murah dan berkualitas.
“Saya yakin dan percaya melalui tim inovasi teknologi yang didalamnya ada dosen teknik, pertanian dan biologi bisa menjawab tantangan kebutuhan pangan yang murah dan berkualitas bisa terwujud,” sebut Lela.
(Edi Sukarno)